Judul : Si babi ungu dan
cerita-cerita lain.
Penulis : Enid Blyton
Penerjemah : Indri K. Hidayat
Tebal : 102 halaman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Penulis : Enid Blyton
Penerjemah : Indri K. Hidayat
Tebal : 102 halaman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Dalam hal membaca, akan ada sesuatu atau beberapa hal yang
akan saya petik pelajarannya bagi diri saya atau berupa perbaikan dan teguran
untuk menjadi pribadi yang lebih baik, atau berupa kalimat yang akan saya catat
karena penulisnya saya rasa cerdas dalam hal menyampaikannya kepada saya. Dalam
buku cerita anak ini, saya mengalami kedekatan emosi terhadap dua kisah.
Kisah pertama berjudul “Garry si Cepat Berputus Asa dan Fanny
si Pantang Menyerah”. Misi Garry adalah pergi ke pasar untuk membeli tepung
agar ibu bisa membuat roti. Namun, jalanan becek berlumpur dan air sungai
meluap. Batu-batu besar menumpuk di tepi sungai dan menghalanginya untuk
menyebrangi sungai. Ia bertopang dagu di tepi sungai meratapi nasibnya yang
tidak mungkin pulang sebelum membawa pulang tepung pesanan ibunya, sebab ibunya
akan sangat marah. Garry senang mencari alasan saat menghadapi tantangan. Itu sebabnya
ibunya marah jika ia pulang dengan tangan kosong. Lalu Fanny datang dan melihat
Garry duduk bersedih. Garry menceritakan keadaannya dan ditanggapi positif oleh
Fanny. Fanny melihat tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Ia bahkan
memanfaatkan batu besar yang ada di tepi sungai menjadi titian untuk menyeberang.
Ya, pesan moralnya bagi saya adalah di mana ada kemauan di
situ ada jalan. Terkadang sesuatu yang bukan masalah yang berarti bisa menjadi
kelihatan besar hanya karena kurang upaya untuk mencari jalan keluarnya.
Kisah kedua berjudul “Tak Berani” yang bercerita mengenai
Alec yang tidak berani mencoba hal baru hanya karena khawatir, takut kalah,
takut lucu, takut gagal, ya semua karena ketakutan. Suatu saat Alec bermain
sendiri saat pergi ke pantai bersama ibunya. Betapa banyak anak-anak sebayanya
yang mengajaknya bermain bersama. Namun, Alec menolak. Seorang lelaki yang
bertugas mengajak anak-anak melakukan aktifitas yang menyenangkan. Pria itu
mengambil hati Alec dengan mengajaknya bermain pasir dan membeli es krim. Alec
merasa memiliki teman. Suatu ketika Alec mendapati teman barunya, pria pantai,
tersebut membutuhkan bantuannya. Topinya terbang terbawa angin ke arah laut. Semua
anak-anak mencoba membantu pria tersebut. Alec berlari melesat melewati
anak-anak lainnya. Ia mendapatkan topi pria pantai tersebut dan semua orang
memuji Alec.
Saya menyadari bahwa zona nyaman tidak membantu saya
berkembang. Ketika saya tidak terdesak saya akan merasa tidak ada yang perlu
saya kembangkan dari diri saya. Belajar mengendarai motor misalnya. Akhirnya
saya pernah mencoba untuk mengendarainya dengan ditemani oleh adik saya. Saya
hanya perlu berulang-ulang dengan sabar terhadap diri sendiri hingga akhirnya
menjadi mahir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar