Kisah Daud dan Goliat dan bagaimana hal tersebut juga dapat
terjadi dalam keseharian kita. Bagaimana terkadang kita memandang diri kita
sebagai seorang yang kerdil dan tidak kuasa melawan “raksasa” kehidupan buatan
pikiran kita.
Hampir semua dari kita telah mengetahui kisah Daud dan Goliat. Goliat
adalah raksasa yang dikirim oleh bangsa Filistin untuk menguasai daerah yang
sedang diperebutkan dengan bangsa Israel. Tingginya sekitar enam kaki. Ia membawa
lembing, tombak dan pedang. Seorang pembantu mendahuluinya membawa perisai
baginya.
Begitu sangat besarnya badan Goliat, maka dengan sombongnya ia berteriak
dihadapan bangsa Israel: “pilihlah seorang dari antara kalian dan aku akan
melawannya. Jika ia menang melawanku, kami akan menjadi hamba kalian. Namun,
jika tidak demikian, kalian akan menjadi hamba kami dan akan melayani kami”.
Bangsa Israel yang mendengarnya dari daerah mereka berdiam, ketakutan. Tidak
ada satupun yang berani menghadapi lawan yang mengerikan. Hingga akhirnya
seorang gembala yang baru turun dari Betlehem karena akan mengantar makanan
untuk saudara-saudaranya, maju dan menawarkan diri.
Raja Saul enggan karena melihat betapa mudanya ia. Namun, si gembala tersebut
bersikukuh. Menurut pandangan si gembala tersebut, ia telah berpengalaman dalam
menghadapi lawan yang lebih ganas dari yang ada saat ini, ketika ia menggembalakan
dombanya. Ketika seekor singa maupun beruang datang dan menangkap dombanya dari
kawanannya, maka ia akan menghajarnya dan menyelamatkan dombanya dari
cengkraman singa atau pun beruang tersebut.
Saul tidak punya pilihan dan akhirnya merelakannya. Pemuda itu berlari
menuruni bukit, menemui raksasa tersebut di lembah. Raksasa itu melihat
lawannya datang dan berteriak: “datanglah padaku dan aku akan memberikan
tubuhmu kepada burung di udara dan binatang buas di darat”
Begitulah kisah pertarungan yang amat mashyur tersebut. Pria penggembala
tersebut bernama Daud. Ia bertarung melawan Goliat.
Dalam kehidupan sehari-hari kita, saya rasa kita juga berganti peran. Terkadang
kita menjadi si penggembala tersebut. Mungkin juga terkadang kita menjadi si
raksasa tersebut.
Menurut Malcolm, hal yang bernilai di dunia ini timbul karena konflik yang
tidak berimbang yang menghasilkan kebesaran dan keindahan karena tindakan kita
dalam menghadapi rintangan ataupun ‘raksasa’ yang besar tersebut. Menurut saya, cara kita menghadapi 'raksasa' tersebut, yang menurut kita tidak seimbang dengan kita yang 'kerdil' ini, akan memberikan kita suatu teknik menjalani hidup dengan lebih indah dan menjadikan kita berkembang.
Selain itu kita sering salah menanggapi masalah ataupun ‘raksasa’ yang
menghampiri kita. Kita salah mengartikannya. ‘Raksasa-raksasa’ tersebut tidak
seperti yang kita pikirkan. Kita selalu memberi energi kepada ‘raksasa’
tersebut yang sering kali bersumber dari ketakutan yang besar.
Lucunya, kita yang sering merasa tertindas oleh ‘raksasa-raksasa’
tersebut, sering kali salah memaknainya, bukan sebagai suatu kesempatan yang
mendidik, mencerahkan dan memungkinkan apa yang orang lain pikirkan tidak
mungkin.
Saya pernah mendengar kalimat ini ‘Ketakutan itu seperti bayangan. Dia lebih
besar daripada objek/benda yang dikenai oleh cahaya’ Ketakutan itu hanyalah
kesemuan. Maya. Dan dibuat oleh pikiran kita sendiri.
Saya sendiri juga selalu mencoba bertarung melawan ‘raksasa’ yang saya
ciptakan dengan pikiran saya di dalam khayalan saya sehingga saya urung
memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi hak saya.
Ini adalah sebagian pemaknaan saya setelah membaca bab permulaan ‘David
And Goliath – Malcolm Gladwell’ yang saya coba bagikan dalam bahasa Indonesia.
Belum mendalam karena saya sedang bertahap menyelesaikan bab selanjutnya. Senang jika ternyata ada yang mau bertukar pikiran akan kisah menarik ini atau
kisah lainnya.
Pesan: Kehadiran raksasa di sini bukan hanya sebatas mahluk yang berwujud besar (kata benda), seperti orang yang punya kekuasaan ataupun kekayaan. mungkin bisa jadi berupa tantangan, rintangan (kata sifat), seperti keluar dari zona nyaman. Menurut saya ya :p
Salam hangat,
Ingrid Tambun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar