Kamis, 07 Maret 2013

The Pianist

Selamat sore kota Medan,

masih memantau bagaimana perolehan suara sementara?

Siang ini saya sendiri menonton The Pianist. Lagi - lagi kisah pada masa NAZI ingin membantai Yahudi. Tidak tahu bagaimana, rasanya film yang saya tonton adalah film perang. Tapi hal yang mau saya bagi bukanlah tentang resensi film semata. Saya lebih suka membagi hal baik yang diberikan dari film yang saya tonton.

Wladyslaw Szpilman
Film ini diawalai dengan bahagia, di mana sebuah keluarga berkumpul terdiri dari ayah, ibu, 2 orang saudara perempuan, 1 orang saudara laki-laki dan dia sendiri, Wladyslaw Szpilman (Adrien Brody), seorang pianis terkenal yang bermain untuk radio Polandia. Sebagai keturunan yahudi, nasib membuatnya terpisah dari ayah, ibu dan saudara-saudaranya.

Film ini mengajarkan bagaimana kita harus saling mengasihi saat kita dibatasi oleh 'perbedaan'. Dalam pelariannya, dia ditemukan oleh seorang kapten tentara Jerman, Wilm Hosenfeld ( Thomas Kretschmann), yang mengizinkannya untuk tetap hidup dan bersembunyi di sebuah rumah.

Wilm Hosenfeld
Pada adegan itu, saya berpikir, Tuhan sanggup memakai siapapun untuk menjadi berkat dalam hidup kita, bahkan melalui orang yang ingin menyakiti dan membinasakan kita. Bahkan, akhirnya membantu kita untuk bertahan hidup. Selain itu, teman-temannya yang bukan keturunan Yahudi, juga turut membantunya.

Film ini diangkat dari kisah hidup Szpilman, yang akhirnya meninggal tanggal 6 Juli 2000, pada usia 88 tahun. Hosenfeld sendiri meninggal di camp tahanan milik Rusia di tahun 1952.

Saya bersyukur hidup di lingkungan yang damai, bersama seluruh anggota keluarga saya, kalaupun jarak kami jauh, tapi kami masih bisa berkomunikasi dan kebutuhan hidup terpenuhi.

Satu hal yang masih menjadi pertanyaan saya, saat orang zaman dahulu berjuang agar tidak terjadi perang lagi, mengapa sekarang makin banyak orang yang saling membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, untuk suatu masalah yang dapat diselesaikan dengan baik? Sesungguhnya rasa benci hanya mendatangkan sengsara saja.

Dan pada akhirnya, saya sepertinya harus mengulang pelajaran sejarah :) saat menonton film ini.

Salam damai,
Ingrid Tambun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar