Sabtu, 28 Januari 2017

Belajar tidak cepat menyerah dan mencoba hal baru



Judul : Si babi ungu dan cerita-cerita lain.
Penulis : Enid Blyton
Penerjemah : Indri K. Hidayat
Tebal : 102 halaman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Dalam hal membaca, akan ada sesuatu atau beberapa hal yang akan saya petik pelajarannya bagi diri saya atau berupa perbaikan dan teguran untuk menjadi pribadi yang lebih baik, atau berupa kalimat yang akan saya catat karena penulisnya saya rasa cerdas dalam hal menyampaikannya kepada saya. Dalam buku cerita anak ini, saya mengalami kedekatan emosi terhadap dua kisah.

Kisah pertama berjudul “Garry si Cepat Berputus Asa dan Fanny si Pantang Menyerah”. Misi Garry adalah pergi ke pasar untuk membeli tepung agar ibu bisa membuat roti. Namun, jalanan becek berlumpur dan air sungai meluap. Batu-batu besar menumpuk di tepi sungai dan menghalanginya untuk menyebrangi sungai. Ia bertopang dagu di tepi sungai meratapi nasibnya yang tidak mungkin pulang sebelum membawa pulang tepung pesanan ibunya, sebab ibunya akan sangat marah. Garry senang mencari alasan saat menghadapi tantangan. Itu sebabnya ibunya marah jika ia pulang dengan tangan kosong. Lalu Fanny datang dan melihat Garry duduk bersedih. Garry menceritakan keadaannya dan ditanggapi positif oleh Fanny. Fanny melihat tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Ia bahkan memanfaatkan batu besar yang ada di tepi sungai menjadi titian untuk menyeberang.

Ya, pesan moralnya bagi saya adalah di mana ada kemauan di situ ada jalan. Terkadang sesuatu yang bukan masalah yang berarti bisa menjadi kelihatan besar hanya karena kurang upaya untuk mencari jalan keluarnya.  
Kisah kedua berjudul “Tak Berani” yang bercerita mengenai Alec yang tidak berani mencoba hal baru hanya karena khawatir, takut kalah, takut lucu, takut gagal, ya semua karena ketakutan. Suatu saat Alec bermain sendiri saat pergi ke pantai bersama ibunya. Betapa banyak anak-anak sebayanya yang mengajaknya bermain bersama. Namun, Alec menolak. Seorang lelaki yang bertugas mengajak anak-anak melakukan aktifitas yang menyenangkan. Pria itu mengambil hati Alec dengan mengajaknya bermain pasir dan membeli es krim. Alec merasa memiliki teman. Suatu ketika Alec mendapati teman barunya, pria pantai, tersebut membutuhkan bantuannya. Topinya terbang terbawa angin ke arah laut. Semua anak-anak mencoba membantu pria tersebut. Alec berlari melesat melewati anak-anak lainnya. Ia mendapatkan topi pria pantai tersebut dan semua orang memuji Alec.

Saya menyadari bahwa zona nyaman tidak membantu saya berkembang. Ketika saya tidak terdesak saya akan merasa tidak ada yang perlu saya kembangkan dari diri saya. Belajar mengendarai motor misalnya. Akhirnya saya pernah mencoba untuk mengendarainya dengan ditemani oleh adik saya. Saya hanya perlu berulang-ulang dengan sabar terhadap diri sendiri hingga akhirnya menjadi mahir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar