Sabtu, 20 Februari 2016

Daud dan Goliat::Kemenangan yang mustahil (bagian 1, semoga ada susulannya)

Kisah Daud dan Goliat dan bagaimana hal tersebut juga dapat terjadi dalam keseharian kita. Bagaimana terkadang kita memandang diri kita sebagai seorang yang kerdil dan tidak kuasa melawan “raksasa” kehidupan buatan pikiran kita.
Hampir semua dari kita telah mengetahui kisah Daud dan Goliat. Goliat adalah raksasa yang dikirim oleh bangsa Filistin untuk menguasai daerah yang sedang diperebutkan dengan bangsa Israel. Tingginya sekitar enam kaki. Ia membawa lembing, tombak dan pedang. Seorang pembantu mendahuluinya membawa perisai baginya.

Begitu sangat besarnya badan Goliat, maka dengan sombongnya ia berteriak dihadapan bangsa Israel: “pilihlah seorang dari antara kalian dan aku akan melawannya. Jika ia menang melawanku, kami akan menjadi hamba kalian. Namun, jika tidak demikian, kalian akan menjadi hamba kami dan akan melayani kami”.

Bangsa Israel yang mendengarnya dari daerah mereka berdiam, ketakutan. Tidak ada satupun yang berani menghadapi lawan yang mengerikan. Hingga akhirnya seorang gembala yang baru turun dari Betlehem karena akan mengantar makanan untuk saudara-saudaranya, maju dan menawarkan diri.

Raja Saul enggan karena melihat betapa mudanya ia. Namun, si gembala tersebut bersikukuh. Menurut pandangan si gembala tersebut, ia telah berpengalaman dalam menghadapi lawan yang lebih ganas dari yang ada saat ini, ketika ia menggembalakan dombanya. Ketika seekor singa maupun beruang datang dan menangkap dombanya dari kawanannya, maka ia akan menghajarnya dan menyelamatkan dombanya dari cengkraman singa atau pun beruang tersebut.

Saul tidak punya pilihan dan akhirnya merelakannya. Pemuda itu berlari menuruni bukit, menemui raksasa tersebut di lembah. Raksasa itu melihat lawannya datang dan berteriak: “datanglah padaku dan aku akan memberikan tubuhmu kepada burung di udara dan binatang buas di darat”

Begitulah kisah pertarungan yang amat mashyur tersebut. Pria penggembala tersebut bernama Daud. Ia bertarung melawan Goliat.

Dalam kehidupan sehari-hari kita, saya rasa kita juga berganti peran. Terkadang kita menjadi si penggembala tersebut. Mungkin juga terkadang kita menjadi si raksasa tersebut.

Menurut Malcolm, hal yang bernilai di dunia ini timbul karena konflik yang tidak berimbang yang menghasilkan kebesaran dan keindahan karena tindakan kita dalam menghadapi rintangan ataupun ‘raksasa’ yang besar tersebut. Menurut saya, cara kita menghadapi 'raksasa' tersebut, yang menurut kita tidak seimbang dengan kita yang 'kerdil' ini, akan memberikan kita suatu teknik menjalani hidup dengan lebih indah dan menjadikan kita berkembang.

Selain itu kita sering salah menanggapi masalah ataupun ‘raksasa’ yang menghampiri kita. Kita salah mengartikannya. ‘Raksasa-raksasa’ tersebut tidak seperti yang kita pikirkan. Kita selalu memberi energi kepada ‘raksasa’ tersebut yang sering kali bersumber dari ketakutan yang besar.

Lucunya, kita yang sering merasa tertindas oleh ‘raksasa-raksasa’ tersebut, sering kali salah memaknainya, bukan sebagai suatu kesempatan yang mendidik, mencerahkan dan memungkinkan apa yang orang lain pikirkan tidak mungkin.

Saya pernah mendengar kalimat ini ‘Ketakutan itu seperti bayangan. Dia lebih besar daripada objek/benda yang dikenai oleh cahaya’ Ketakutan itu hanyalah kesemuan. Maya. Dan dibuat oleh pikiran kita sendiri.

Saya sendiri juga selalu mencoba bertarung melawan ‘raksasa’ yang saya ciptakan dengan pikiran saya di dalam khayalan saya sehingga saya urung memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi hak saya.

Ini adalah sebagian pemaknaan saya setelah membaca bab permulaan ‘David And Goliath – Malcolm Gladwell’ yang saya coba bagikan dalam bahasa Indonesia. Belum mendalam karena saya sedang bertahap menyelesaikan bab selanjutnya. Senang jika ternyata ada yang mau bertukar pikiran akan kisah menarik ini atau kisah lainnya.

Pesan: Kehadiran raksasa di sini bukan hanya sebatas mahluk yang berwujud besar (kata benda), seperti orang yang punya kekuasaan ataupun kekayaan. mungkin bisa jadi berupa tantangan, rintangan (kata sifat), seperti keluar dari zona nyaman. Menurut saya ya :p

Salam hangat,
Ingrid Tambun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar