Minggu, 29 Januari 2017

Membuka lembaran hidup baru dengan berbenah



Judul : The Life-Changing Magic of Tidying up (Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan ala Jepang)
Penulis : Marie Kondo
Penerjemah : Reni Indardini
Tebal : 206 halaman
Penerbit : PT Bentang Pustaka

Adakah dari antara kita yang masih sering menyimpan barang karena alasan historis, padahal kita sendiri tidak yakin membutuhkan barang tersebut, tidak suka akan barang tersebut, namun masih terus menyimpannya? Atau barang tersebut kita simpan dengan anggapan pasti akan berguna di lain waktu, padahal setelah beberapa waktu lamanya, kita tidak ingat pernah menyimpan barang tersebut?

Mungkin itu adalah beberapa pertanyaan menggelitik bagi kita yang akhirnya menyadari bahwa ternyata rumah kita atau dalam lingkup lebih sempit, ternyata kamar kita tidak cukup muat untuk menampung banyaknya barang yang kita simpan tanpa tahu apakah kita memang membutuhkannya atau apakah itu mendatangkan kebahagiaan bagi kita.

Saya adalah seorang manusia yang suka akan memori. Saya senang menyimpan sesuatu hal yang mengandung nilai histori bagi saya pribadi. Saya punya banyak pin (peniti berkarakter atau bergambar) yang saya kumpulkan saat saya kuliah, karena dulunya saya rasa itu keren sekali.

Saya punya banyak bungkus coklat yang saya makan bersama orang-orang di masa lalu dan akhirnya saya sadari saat ini sangat konyol  dan membuat saya tertawa saat saya membongkar kamar saya.
Saya punya banyak kertas warna – warni yang saya beli dan saya simpan diberbagai tempat berbeda dan ketika saya berbenah saya tersenyum mendapati betapa banyaknya kertas yang saya beli tanpa pernah saya gunakan karena lupa sudah membeli. Ya saya membeli bukan karena butuh, tapi karena senang dengan warnanya. Penyakit wanita, suka terbawa perasaan.

Saya tipe orang yang jarang membeli baju. Jujur, saya selalu dikelilingi dengan orang yang berbaik hati melungsurkan pakaian masih sangat layak pakai dan bisa jadi punya merek dan memberikan kepada saya. Kenyataan bahwa saya dan dua orang adik saya yang sama-sama beranjak besar dan badan saya yang selalu tetep pada posisi timbangan kisaran 45-50 kg membuat saya tidak pernah merasa kekurangan baju. Oleh sebab itu, saya mengalihkan pos belanja saya kepada jajanan dan akan sangat berlebih dalam membeli buku atau alat tulis yang unik.

Itu adalah kisah saya mengumpulkan barang secara terus menerus dan kebingungan bagaimana membereskannya serta membuat kamar saya menjadi lega dan hangat (dalam artian saya masih menyimpan kenangan yang menyenangkan).

Konon, “kamar yang berantakan adalah cermin dari pikiran yang berantakan. Tahap awal berbenah menurut KonMari, demikian metode itu dikenal adalah dengan mulai membuang semua barang sampai tuntas. Namun, sebelum mulai visualisasikan tujuan kita, akan seperti apa ruangan yang kita harapkan untuk dihuni. Lalu, saat proses membuang barang sampai tuntas, kriteria seleksinya adalah: Apakah barang tersebut benar-benar membangkitkan kegembiraan kita atau tidak.

Untuk tahap awal, jangan dimulai dengan benda yang memiliki kenangan. Urutan yang baik adalah dimulai dengan pakaian, buku, kertas, pernak-pernik dan terakhir kenang-kenangan. Sewaktu dihadapkan pada sesuatu yang tida tega untuk dilepaskan, pikirkan dengan seksama peranan sejati benda tersebut dalam hidup kita. Agar bisa sepenuh hati mensyukuri hal-hal yang penting bagi kita, pertama-tama kita harus membuang barang yang sudah tidak bermanfaat bagi kita. Bukan berarti benda tersebut tidak ada nilainya lagi, namun, nilai benda tersebut akan bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkannya.

Buku ini terdiri atas lima bab yang dapat dengan mudah kita cerna informasinya. Kita diajak untuk menentukan apa yang benar-benar kita inginkan dalam hidup kita melalui kegiatan berbenah yang tepat. Kita akan mengetahui seperti apa kita ingin menjalani hidup. Proses mencermati dan menyeleksi barang –barang milik kita bisa saja menyakitkan. Proses itu memaksa kita untuk secara jujur menghadapi ketidak sempurnaan diri kita dan kekurangan kita. 

Kehidupan yang sebenar-benarnya baru dimulai sesudah kita membenahi rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar