Rabu, 27 Januari 2016

Saat pembagian makanan

Hai, selamat malam.

Sudah seminggu sejak kepergian oppung (nenek dari bapak) dan hampir seminggu setelah acara adat pemakaman oppung.

Saya ingat ada hal menarik yang butuh untuk diperbaiki bersama. Salah satunya adalah mengenai kebiasaan makan dan sikap tidak peduli baik itu di pesta (nikah, ulang tahun, peresmian, dll) ataupun di acara dukacita (kemalangan).

Pernah dan bahkan selalu saya lihat, kegiatan makan di pesta ataupun kemalangan yang saya temui, sering sekali ada pribadi yang hadir tidak menghargai tuan rumah. Pada saat pembagian makanan ( baik di daerah atau di kota sekalipun) sudah ada panitia ataupun petugas yang ditunjuk bertugas membantu kelancaran pembagian makanan sehingga semua tamu/ khalayak yang hadir dapat kebagian makanan. Namun, sering tamu yang hadir bersikap seakan-akan tuan rumah tidak menyediakan cukup sajian bagi yang hadir.

Saya paham, terkadang karena keterlambatan waktu dari setiap acara yang ada, membuat waktu makan juga bergeser manjadi lebih lama. Keterlambatan jam makan, mengakibatkan para tamu gelisah sehingga saat pembagian makanan, keadaan menjadi semrawut dikarenakan para tamu takut kehabisan makanan. Namun, saya pikir itu bukan menjadi alasan pembenaran atas tindakan/sikap yang tidak terpuji.

Panitia telah mengingatkan agar bersabar karena proses pembagian makanan sedang berlangsung. Sewajarnya, jika kita ingin proses lebih cepat, kita harus mampu menjaga ketertiban. Namun, pada kenyataan di lapangan, sering para tamu justru menyerobot barisan panitia agar lebih dahulu mendapatkan makanan. Yang lebih parah adalah saat telah menerima makanan, meminta dalam jumlah lebih agar dapat disimpan menjadi bekal dibawa ke rumah.
 
Sesungguhnya, tidak ada tuan rumah yang ingin tamunya kekurangan makanan. Itu merupakan suatu aib. Namun, justru terkadang sikap khalayak yang hadir mengakibatkan tidak semua tamu yang hadir dapat menikmati makanan. Bukan tuan rumah yang salah perhitungan, namun, terkadang ketamakan (kalau boleh dikatakan demikian) dari para khalayak yang hadir membuat persediaan makanan yang ada menjadi tidak cukup.

Kita pernah berada di posisi sebagai tamu dan tuan rumah. Sudah selayaknya kita memahami perasaan dari tuan rumah acara yang kita hadiri dan perasaan para tamu yang belum dapat menikmati sajian, hanya karena sikap tidak peduli dari para hadirin acara tersebut.

Dan bagian paling menyedihkan adalah saat kita melihat makanan yang terbuang hanya karena perut yang tidak mampu menampung jumlahnya. Menyedihkan karena siapa pun yang membuang makanan tersebut sangat tidak menghargai tuan rumah, terlebih-lebih Tuhan yang menyediakan kebutuhan hidup kita.

Kalaupun kita mengetahui ada makanan yang berlebih dan layak dibawa pulang, baiklah kiranya itu karena kemurahan hati si tuan rumah untuk membekali para tamunya. Kalaupun tidak ada yang dapat dibawa pulang, toh tujuan kita menghadiri acara/undangan adalah untuk bersama-sama merasakan sukacita/kesedihan dari si pengundang.

Ya, semoga dari kejadian yang terjadi di masyarakat ini, kita menjadi tamu yang memiliki aturan dan beretika.

Salam hangat,
Ingrid Tambun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar