Selasa, 24 Desember 2013

Saya takut memilih

Hai Medan,

Saya merasa tidak nyaman setiap keluar dari rumah dan selalu menemui hampir di setiap sudut jalan dirusak keindahannya dengan pihak yang mempromosikan dirinya. Saya memang tidak mengenal mereka, dan wajar mereka ingin mempromosikan ke-oke-an diri mereka di selembar kain dan kertas.

Saya sedang berbicara tentang pemilu yang akan datang yang masa kampanyenya telah dimulai. Saya hanya merasa bingung karena ternyata begitu banyak orang-orang yang begitu rela menghambur-hamburkan uangnya demi sebuah popularitas (karena belum tentu sebanding dengan suara yang didapat).

Katakan saya sedang pesimis. Terserah saja. Tapi, saya menyayangkan niat mulia mereka yang (KATANYA) akan berjuang bagi rakyat, ternyata tidak diimbangi dengan aksi yang konstan. Ya, pencitraan mereka juga baik pada saat ini. Mereka memberi 'ikan' dan bukan umpan. Mau sampai berapa lama mereka dapat menyuplai 'ikan' bagi masyarakat yang sangat membutuhkan kesejahteraan.

Ketika niat baik dan mulia mereka tersebut berubah jadi pembodohan karena tidak membuat masyarakat menjadi mandiri, apakah itu calon pemimpin yang akan dipilih?

Katakan saya pesimis. Silakan. Tapi, coba bantu saya mengingat, siapa dari orang yang telah bertarung dahulu di pemilu beberapa tahun yang lalu, yang masih tetap berjuang untuk rakyat, sekalipun sudah tidak duduk di kursi legislatif atau bahkan yang kalah bertarung, namun masih tetap melaksanakan tugas mulia tersebut.

Saya tidak paham dengan hitung-hitungan biaya kampanye, tapi sekiranya dari begitu banyak para pejuang rakyat tersebut, jika sepersepuluh dari dana kampanyenya digunakan untuk membangun lapangan pekerjaan, menyuntik dana segar bagi UMKM, bukankah aksinya tersebut lebih nyata dari sekedar tulisan sampah yang menyemak di pepohonan kota Medan.

Saya sedang dilema. Saya takut memberi suara kepada orang yang tidak tepat. Namun, saya sungguh lebih takut untuk tidak memberi suara. Berarti saya telah memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk memimpin saya.

Saya berdoa kiranya saya diberi hikmat untuk memberikan suara saya kepada orang yang tepat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, meskipun perjuangannya sulit.

Salam,
Inge

Tidak ada komentar:

Posting Komentar