Rabu, 08 Mei 2013

Si Doel Anak Sekolahan

Selamat pagi baru :)
Sumber : ini;

Saya tidak tahu sudah berapa kali menonton sinetron Si Doel Anak Sekolahan (SDAS), yang saya tahu sinetron ini mengajarkan banyak hal dan sangat sesuai kenyataan. Tidak berlebihan dan kisahnya pasti pernah terjadi di kehidupan nyata. Saya menyukai akting semua pemerannya dan saya juga suka dengan pakaian yang dipakai Sarah (Cornelia Agatha) dan Zaenab (Maudy Kusnaedy). Ini adalah salah satu sinetron yang banyak memberikan inspirasi bagi saya, selain Keluarga Cemara (ingat abah, enyak, Euis, dll)

Saya pernah bilang kalau saya jarang dan malas menonton televisi (televisi, bukan DVD). Tapi, untuk dua sinetron ini, yang membekas di hati saya, saya akan berusaha memberikan waktu untuk menikmatinya (jika ada kesempatan).

Dalam kisah SDAS ini, saya merasa kisah Betawi ini mirip dengan kisah orang tua Batak, ingin anaknya sekolah setinggi-tingginya, rela menghabiskan harta dan menguras tenaga, asal anaknya berhasil. Saya menonton suatu adegan, saat Babe (Alm. Benyamin Sueb) kecewa mengetahui Doel (Rano Karno) memperoleh pekerjaan awal hanya sebagai supir bus di sebuah perusahaan. Babe merasa apa yang dikorbankannya sia-sia. Kalau pada akhirnya Doel menjadi supir, untuk apa sekolah tinggi-tinggi, cukup jadi supir oplet saja. Saya dapat memahami perasaan kecewa babe, terlebih perasaan Doel yang berjuang mencari pekerjaan di zaman yang serba susah dan bersaing. Saya juga bisa merasakan perasaan babe yang sangat bahagia, saat Doel akhirnya diwisuda. Babe teriak kegirangan membanggakan anaknya yang akhirnya menjadi Tukang Insinyur. Sama bangganya dengan orang tua Batak yang mendengar kabar anaknya yang sekolah diperantauan akan wisuda.

Begitu juga saat Doel akhirnya mendapat kerja sebagai teknisi di sebuah perusahaan yang lokasi kerjanya di tengah laut. Babe, dengan keterbatasan pendidikannya, marah besar, menganggap hal itu konyol, karena Doel tidak akan seperti orang kantoran normal yang akan pergi pagi dan pulang sore hari.

Ya, kisah yang saya dapat bagikan dari apa yang saya tonton, memberikan pesan bahwa betapa pun banyaknya masalah muncul dalam kehidupan, kekompakan keluarga untuk saling menopang, akan memberi kekuatan untuk menghadapi hari demi hari. Kesederhanaan, semangat berjuang dan niat tulus adalah bagian yang sudah tidak ada dalam sinetron Indonesia saat ini.

Salam,
Ingrid Tambun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar