![]() |
Si Biru kami |
Vespa jugalah yang membuat saya dan adik-adik saya serta bapak dan mama dapat berangkat sekaligus. Saya dan adik saya laki-laki berada di depan (kami masih kecil), bapak bawa Vespa, mama dan adik saya paling kecil di boncengan. Masa itu, Vespa adalah kendaraan yang sesuai dengan keadaan kami. Saat Vespa mogok, bapak akan mengengkolnya sampai mesinnya menyala. Masih saya ingat wajah bapak yang kelelahan.
Vespa juga punya peran penting dalam memberi keceriaan bagi kami. Saat adik saya yang keempat lahir, pada umur tiga tahun, bapak punya rutinitas menyenangkan hati anaknya yang paling kecil dengan mengajaknya berkeliling gang rumah di sore hari sebanyak tiga sampai empat kali. Itu karena, adik saya sering menangis di tinggal pergi beraktifitas di pagi hari. Kami sebagai kakak dan abangnya berebut untuk menemani, karena biasanya di tengah perjalanan, kami akan dibelikan gorengan.
Pada akhirnya, Vespa menemui pemiliknya yang baru. Keluarga kami memiliki sebuah mobil karena sudah menjadi kebutuhan kami. Vespa akhirnya jarang dipakai, hanya dipakai sekali seminggu saja dan pada akhirnya hanya menjadi hiasan saja di garasi. Merasa sayang akan Vespanya yang tidak digunakan, akhirnya bapak menukarnya dengan pintu teralis untuk rumah. Itu adalah jalan terbaik agar Vespa dapat berfungsi maksimal. Sedih adalah perasaan yang dirasakan saat itu. Tapi, kami tahu, Vespa kami (pada saat itu) akan lebih bermanfaat di tangan orang yang memakainya.
Dan saat saya melewati show room Piaggio di dekat rumah, saya jatuh cinta pada bentuknya Vespa Type S 150 ie warna orange. Kalau tiba waktunya, kita akan bersama-sama menyusuri jalan kota Medan :)
![]() |
Vespa S 150 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar