Selasa, 14 Januari 2014

A Saintly Switch : to walk in other person's shoes



Karena hari ini libur, ada baiknya saya bagikan informasi mengenai film keluarga yang baru saya tonton. Film ini produksi Disney dan menceritakan kisah yang pastinya ada di kehidupan sehari-hari kita pribadi.

Kebanyakan pria (khususnya yang telah menjadi suami), tentunya akan bersikap seperti Dan Anderson (David Alan Grier) yang selalu menganggap tugas Sara Anderson (Vivica A Fox), sebagai seorang wanita/istri dan ibu yang memiliki dua orang anak, adalah pekerjaan yang gampang dan tak serumit tanggung jawabnya. Demikian pula dengan Sara yang selalu menganggap Dan tidak bertanggung jawab kepada keluarga, minim perhatian dan selalu mau menang sendiri.

Clarke dan Annette, anak mereka, benar-benar merasa tersiksa dengan keadaan yang terjadi di rumah mereka. Mereka harus selalu beradaptasi dengan lingkungan baru karena ayah mereka selalu berpindah klub. Ya, ayahnya adalah seorang gelandang di klub football yang karirnya mulai merosot dan harus selalu berpindah klub.

Untuk terakhir kalinya, Dan meminta keluarganya untuk pindah rumah, karena dia akan bergabung dengan klub Saints di New Orleans. Dengan berat hati, Sara dan anak-anaknya pindah ke lingkungan baru.

Rumah baru mereka adalah rumah lama bergaya victoria, yang telah ditinggal mati oleh pemiliknya. Tetangga baru mereka yang nyentrik, Aunt Fanny (Rue Mc Clanahan) dan burung beonya, Voltaire, menyambut mereka dengan senang hati.

Rumah baru mereka ternyata memiliki ruang rahasia, yang merupakan tempat pratik sihir pemilik terdahulu. Di buku yang ditemukan oleh Annette, mereka meka mencoba membuat racikan sihir dengan harapan akan membuat ayah dan ibu mereka akur.

Efek sihirnya bereaksi di pagi hari berikutnya. Ketika bangun, Sara terkejut mendapati dirinya berada di tubuh Dan, begitu juga sebaliknya.

Film ini mengajarkan kita untuk belajar berempati atas keadaan orang lain. Terkadang kita menganggap kehidupan orang lain lebih baik, lebih bahagia, lebih mudah, dan betapa inginnya kita menjalani kehidupan seperti itu. Kita juga terkadang sering menganggap betapa malangnya diri kita dibandingkan orang lain. Padahal, kita tidak tahu apa yang telah dilalui oleh orang tersebut.

Di film ini, Dan akhirnya tahu bagaimana repotnya menjadi seorang istri. Ia harus bangun pagi, memasak sarapan, mengantar anak sekolah, dan bahkan harus merasakan kehamilan yang sangat merepotkan di awalnya. Demikian juga dengan Sara, ia menjadi mengerti bagaimana kerasnya dunia pekerjaan suaminya, bagaimana suaminya berjuang untuk memberikan yang terbaik walaupun dalam tekanan latihan yang begitu keras dan padat.

Akhirnya mereka menyadari, jarangnya mereka berkomunikasi, membuat mereka saling curiga dengan kehidupan pasangannya. Dukungan positif dan kebutuhan untuk mengerti dan dimengerti serta komunikasi dua arah yang lancar tentunya akan membuat hubungan antar manusia, khususnya dalam pernikahan, menjadi lebih baik lagi.

Salam hangat,
Ingrid Tambun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar