Minggu, 24 Maret 2013

Lovely Sunday

Helloow dunia,

Selamat hari Minggu Palmarum saudara.

Medan siang ini teduh menanti hujan. Hujan bagi saya pribadi adalah saat yang menyenangkan ketika saya berada di rumah, di kamar lebih tepatnya, melakukan hal yang saya sukai dan bersama dengan anggota keluarga.

Paling sering hujan dapat membangkitkan kenangan lama. Saya seperti merasakan rasa bahagia masa kecil saya. Saya ingat sewaktu kecil, TK dan SD, saya meminta izin kepada mama untuk boleh mandi hujan. Bermodalkan singlet dan celana dalam saja, ramai-ramai dengan adik dan sepupu mandi hujan di bawah pancuran air hujan. Mama hanya akan mengizinkan kami mandi hujan pada saat hujan benar-benar deras. Tidak sekedar rintik hujan.

Dulu, sewaktu bapak memelihara bebek, saya selalu melihat bebek dan entok peliharaan bapak bermandikan hujan, berenang dalam kubangan kolam buatan. Rombongan bebek bapak pasti akan berjalan di titian kolam dan mencemplungkan diri serta menyantap keong. Mencari keong setelah hujan reda, itu juga kenangan yang menyenangkan bagi saya. Keong yang diperoleh dalam jumlah banyak, dan hasilnya beberapa hari berikutnya saya akan mengutip telur bebek di kandang.

Tidak semua orang akan senang mengutip telur bebek. Karena bebek berbeda dari ayam. Kalau bebek bertelur sembarangan, ayam akan bertelur pada satu tempat saja, yang sudah bapak sediakan sebelumnya. Bebek itu jorok, senang main air, jadi, kulit telur bebek selalu berlumpur, jika pada musim hujan. Karena lembab, kandang bebek lebih bau dari kandang ayam (yang pada kenyataannya kandang ayam juga bau). Kami yang empat bersaudara ini, hanya saya dan adik laki-laki saya nomor dua yang mau mengutip telur bebek. Adik saya yang nomor tiga dan empat tidak mau. Pengalaman mengutip lima belas butir telur bebek dalam sehari adalah pengalaman yang sangat menyenangkan bagi saya. Bau dan beceknya kandang, itu hanya bonus bagi saya, sehinga saat ini saya dapat mengenangnya dengan tersenyum.

Kini bapak tidak lagi dapat memelihara bebek. Lahan di sebelah rumah telah dijual pemiliknya kepada orang lain. Sejujurnya ada kisah sedih saat itu terjadi bagi kami. Bapak yang memang seorang pria yang rajin, tidak dapat lagi melakukan hobinya bercocok tanam dan beternak. Tapi kami menyemangati bapak untuk tidak bersedih. Kami harus menjual semua bebek kami dan sebagian ayam kami. Lahan rumah kami tidak cukup untuk menampung semua peliharaan bapak. Dan itu juga membuat saya sedih.

Sekarang kami tidak lagi memelihara bebek. Hanya ayam kampung beberapa ekor, induk anjing dua ekor dan anak anjing empat ekor.

Maka di siang hari yang sedang hujan lebat ini saya berharap Kota Medan tidak banjir.

Semoga.

Salam rindu,
Ingrid Tambun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar