Kamis, 21 Februari 2013

Benjamin Carson

Image: Wikipedia
Saya sangat senang menonton film. Dan hari ini saya menonton film GIFTED HANDS, film yang diangkat dari kisah nyata kehidupan Dr. Ben Carson, seorang ahli bedah otak (khususnya saraf di otak) yang berhasil memisahkan bayi kembar siam yang kepalanya menyatu.

Yang menarik dari film ini adalah bukan menampilkan keseluruha keberhasilan Dr. Ben, tapi bagaimana usahanya menjadi seorang dokter. Ben kecil adalah seorang anak yang temperamental. Itu karena lingkungannya yang selalu mengolok-oloknya karena dia gagal dalam mengikuti pelajaran di kelas. Dia tidak bodoh, hanya saja karena keterbatasan biaya, ibunya baru mengetahui kalau mata Ben sudah rabun, sehingga tidak mampu melihat ke arah papan tulis dan harus memakai kacamata. Nilai Ben mengalami peningkatan setelah dia menggunakan kacamata, hingga suatu hari ibunya mewajibkannya harus membaca 2 buah buku dan membuat resume dari setiap buku yang dia baca.

Ibu Ben buta huruf, jadi agar anak-anaknya tidak mengetahui kelemahannya, ibunya selalu beralasan belum punya cukup uang untuk membeli kacamata (padahal bukan karena rabun). Karakter ibu Ben di film ini adalah seorang wanita tangguh, pekerja keras, sangat ingin anak-anaknya berhasil meraih cita-cita. Seorang wanita yang selalu memberi dukungan penuh terhadap anak-anaknya, terutama dalam hal pendidikan, walaupun keuangan terbatas.

Ketika Ben diolok-olok di sekolah, dia katakan ini agar anaknya dapat memiliki kepercayaan diri.
"You just got to see beyond what you can see. You can do anything, anybody else can do. Only you can do it better. God will not abandon you"

Ben remaja sempat mengalami masalah dengan emosi yang tidak dapat dikendalikan saat dia merasa terganggu. Karena emosi, dia hampir membunuh temannya, Tuhan menyelamatkannya. Dia sungguh menyesal setelah sadar bahwa dia hampir saja membunuh temannya dan mengubur harapan ibunya. Tuhan bekerja dengan banyak cara, salah satunya adalah ketika Ben menusuk temannya dengan pisau, ternyata pisaunya patah mengenai kepala tali pinggang.

Momen yang menyentuh  di film ini adalah saat istrinya Ben mengalami keguguran. Ben harus menghadapi kenyataan bahwa dia kehilangan calon bayi kembarnya, padahal dia selalu mampu menyelamatkan pasiennya yang masih anak-anak. Saat menjelang operasi, bahkan sang istri masih berada di rumah sakit, dia harus mampu mengontrol emosi kesedihannya. Sepulang dari rumah sakit, hal yang dia temui di rumah adalah kamar yang masih berantakan dan seprai yang masih terdapat bercak darah istrinya.

Secara pribadi, Gifted Hands merupakan film yang mengajarkan bahwa kita harus bersungguh-sungguh meraih cita-cita dan bersandar kepada Allah, karena setiap kejadian dalam hidup kita mengajarkan nilai. Memakai hidup kita untuk kemuliaanNya.

Saya tidak tahu, tapi pagi tadi ayat bacaan saat teduh saya adalah mengenai rupa-rupa karunia. Tuhan memberikan talenta kepada kita, tidak selalu sama satu dan yang lain. Namun, Tuhan menginginkan kita dapat melayaninya dengan talenta yang Allah berikan dalam hidup kita dan saling mendukung satu dan yang lainnya. Ayat ini sangat sejalan dengan film yang saya tonton tanpa rencana yang saya buat. Apapun itu, Allah ingin agar hidup kita dipakai untuk kemuliaannya dan saat kita dipanggilNya, kita dapat mempertanggungjawabkan hidup kita.

Selamat melayani,
Ingrid Tambun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar