Jumat, 18 Januari 2013

Mengapa saya ingin mempelajarinya?

Kami berbicara tadi malam. Kami adalah saya dan Ropesta Sitorus. Ropesta Sitorus nanya kenapa saya mau belajar bahasa Perancis. Saya jawab karena saya ingin tahu dan menambah nilai diri secara pribadi. Saya ingin tahu, maka saya memuaskannya dengan belajar. Untuk efek langsung secara ekonomis, itu hanya bonus bagi saya. Karena bahasa Prancis di kota Medan ini belum begitu dibutuhkan dalam lapangan pekerjaan. Saya belajar, maka keingintahuan saya terpuaskan, saya punya nilai lebih dan kesempatan bagi diri saya semakin banyak.

Lalu Ropesta Sitorus bilang saya harus menjadikannya investasi pribadi. Maksudnya, jika saya memang senang mempelajari bahasa Prancis, saya jangan melakukannya setengah-setengah. Saya harus bisa menjadikan hal itu sebagai 'nilai jual diri' (tentunya dalam hal positif). Bentuk personal brand yang positif. Ropesta Sitorus bilang, itulah yang disampaikan oleh perencana investasi yang baru diwawancaranya.

Saya paham. Yang saya mengerti dari yang disampaikannya adalah saya belajar bahasa, saya mampu baca-tulis-bicara, saya mengaplikasikannya sehingga nantinya saya membentuk personal brand khasnya Ingrid Tambun.

Jadi, mari belajar :)

kecup,
Ingrid Tambun

6 komentar:

  1. hahahha.. langsung ada tulisannya ah.. :)

    Iya Gid, seperti kata perencana keuangan tersebut, jadikan kursus dan skill baru itu sebagai sebuah investasi untuk menambah nilai jual.

    Sebagai sharing saja, saya pernah wwc seorang pedansa, namanya Kriswandoyo (Wawan). Kisah hidupnya saat memutuskan jadi pedansa profesional sangat menggugah.

    --Paham dunia kerjanya sangat membutuhkan skill yang mumpuni, ia tidak pernah mau berhenti belajar. Uang yang didapatnya dari dansa ia investasikan lagi untuk meningkatkan ilmu dibidang dansa. “Hidup itu bagi saya gambling. Dan hidup itu ibarat judi, saya enggak pikirkan besok makan apa yang penting saya dapat ilmu apa," kata dia, suatu ketika.--
    (LEngkapnya --> http://edisi.harian.detik.com/?iid=65086&startpage=page0000010#folio=10)

    Bila perlu, mari cari peluang untuk bisa belajar langsung dari penuturnya di kampung halaman mereka di sana.

    Semangat ya Gid!! Kamu bisaa.. ;*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Pesta :)
      Baru baca komentarmu.
      Trims ya. Mari belajar :)

      Hapus
    2. hai pesta... suka sekali sama kalimat Kriswandoyo : “Hidup itu bagi saya gambling. Dan hidup itu ibarat judi, saya enggak pikirkan besok makan apa yang penting saya dapat ilmu apa,"

      sama kalimat kamu : "Bila perlu, mari cari peluang untuk bisa belajar langsung dari penuturnya di kampung halaman mereka di sana."

      dua kalimat yang menggugah saya malam ini...


      salam kenal ya... saya temennya Ingrid... :)

      Hapus
    3. Wah.. Telat sekali aku membaca komentarmu inii.. Sudah setahun berlalu..

      Halo Bintang.. Apa kabar?

      Hapus
  2. Bila perlu, mari cari peluang untuk bisa belajar langsung dari penuturnya di kampung halaman mereka di sana. >> diaminkan, dan dilaksanakan !!! (bold style)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ingrid.. Setahun berlalu.. Aku membaca tulisanmu ini, dan mengingat2 pembicaraan kita kala itu..
      Lalu berpikir, peluang itu belum terealiisasi.. Mungkin tingkat kesungguhannya masih kurang. Atau mungkin doanya juga masih sangat kurang..

      Hmm.. Masihkah api semangatmu menyala??

      Hapus